Apakah Buku Cetak Masih Urgen di Era Digital? (Penulis: Iqbal Ramadhan, S.E)

Di tengah dominasi teknologi dan informasi digital, pertanyaan tentang relevansi buku cetak masih sering muncul. Meskipun e-book dan konten online semakin populer, buku cetak tetap memiliki urgensi dan tempatnya sendiri dalam dunia literasi. Pertama, pengalaman membaca buku cetak menawarkan sensasi yang tidak dapat disediakan oleh format digital. Banyak pembaca merasakan kenyamanan saat memegang buku fisik, mencium aroma kertas, dan menikmati sensasi membalik halaman. Hal ini menciptakan koneksi emosional yang sulit dicapai melalui layar. Kedua, buku cetak sering kali lebih mudah untuk dianalisis dan dirujuk. Penelitian menunjukkan bahwa pembaca cenderung lebih memahami dan mengingat informasi yang mereka baca dari buku cetak dibandingkan dengan digital. Ketika membaca dari kertas, pembaca lebih mampu menandai, mencatat, dan merefleksikan materi yang dibaca. Selain itu, buku cetak juga berperan dalam memperkaya pengalaman belajar. Dalam pendidikan, banyak pengajar yang masih memilih buku cetak sebagai sumber utama. Buku-buku tersebut menyediakan informasi yang terstruktur dan dapat diandalkan, mendukung proses pembelajaran yang lebih mendalam. Terakhir, buku cetak memiliki nilai kolektibilitas dan estetika. Banyak orang yang menghargai memiliki koleksi buku di rak mereka, menjadikannya bagian dari dekorasi rumah dan simbol kecintaan terhadap pengetahuan. Buku cetak juga sering dianggap sebagai hadiah yang lebih personal dan berkesan. Meskipun digitalisasi terus berkembang, buku cetak masih memiliki urgensi dalam masyarakat. Mereka menawarkan pengalaman unik, mendukung pembelajaran yang lebih efektif, dan tetap menjadi bagian penting dalam budaya literasi. Dengan demikian, baik buku cetak maupun format digital dapat saling melengkapi dalam dunia yang terus berubah.